Open top menu
Senin, 21 September 2020

 

Foto: zuninnurmala.blogspot.com

"Loa" bukan loaloa, bukan sawuloa, bukan pula saloaloa, dibelakang "Na" maknanya menjadi lain, saloaloana, sapaupaunna (berkata keliru).

Pernyataan sebelum ini mungkin loaloa atau sawuloa, tetapi semuanya tidak untuk diteruskan sebagaimana dimaksud dalam pemahaman keliru, penempatan kata ini berbeda-beda, tergantung jenis dan apa tujuan loa (ucapan) atau kata itu dilontarkan.

Loa dipandang sebagai prinsip. Jika kata  terlontar, maka hak dari orang yang melontarkan terbunuh dengan sendirinya. Menjual kata, harga matinya para penyedia kata, termasuk Mala'bi' (mulia) yang oleh akhir-akhir ini  pengagum dunia maya menganggapnya klise, atau ketenaran kata tak bermakna, menjengkelkan dan membosankan. Pandangan ini sedianya atau seolah digelar terencana dan dibuka lebar-lebar, memancing naluri pambaca maupun pendengar untuk kemudian serius menanggapi.

Betapa tidak, kata Mala'bi' ikut campur dalam penetapan Mandar menjadi Provinsi. Begitu penting untuk ditelaah, sebab Mala'bi' ternilai dalam martabat  manusia Mandar yang beradab,  termaktub secara sah, akibatnya kita serba hati-hati dalam mengeluarkan persepsi tentangnya. Semua pasti menginginkan predikat Mala'bi' dan tidak sedikit orang yang tersinggung jika ia atau profesinya dianggap tidak Mala'bi'. Karenanya, jalan baik yang bisa diambil adalah menakar kembali slogan ini sesuai keinginan penciptanya, merumuskan kiat-kiat dalam penggunaan termasuk penulisan. Ini mungkin klise yah?

Ungkapan unik Mala'bi' dibuat dengan ketulusan tingkat tinggi, sehingga penggunanya juga harusnya punya sifat ketulusan memahami. Penyair Indonesia Husni Djamaluddin menularkan untuk kepentingan tanah air bukan kepentingan sepihak. Mala'bi' sudah final sebagai tonggak awal pembentukan karakter orang Mandar sebelum Mandar, Mandar sudah Mala'bi' sebelum Sulawesi Barat terbentuk. Itu berarti bahwa Mandar Adalah Mala'bi' sementara Mala'bi' adalah Mandar.

Mandar dan Mala'bi' sesungguhnya ialah sama, Mandar dipandang sebuah adat (aturan atau pedoman) sifat dan sikap, Mala'bi'pun juga demikian. Demikian penyebab  Baharuddin Lopa menjawab pertanyaan yang hanya mengatakan "saya to Mandar” (saya orang Mandar).  

Kiasan lopa dulu sangat pas untuk umum dan itu hanya untuk perkenalan biasa terhadap manusia di bumi yang kemungkinan arahannya semua pada pengenalan dan paham apa itu Mandar, karena tidak mungkin Lopa mengatakan " Saya To Mala'bi' (saya orang mulia) dan itu rahasia Tuhan. Mua mangakuo to Mandar Mala'bi'mo tu' u. Muaq meloo Mala'bi', melo'mo tu' u Mea' Mandar (Jika Anda mengakui diri sebagai orang Mandar, maka Anda sudah termasuk Mala’bi’. Jika Anda ingin Mala’bi’, berarti Anda siap berkarakter sebagai orang Mandar).

Ikrar melengenda dirumuskan, lalu Sipa-Mandar disahkan menjadi identitas, itu kemungkinan merujuk pada Sipa adalah kata sambung, (bersama-sama atau satu dalam lingkaran baik itu susah maupun bahagia). Sipa-Mandar boleh jadi bukan hanya sekedar citra bersama-sama mempertahankan Mandar baik itu wilayah maupun kekuasaan, namun pandangannya jauh lebih besar yakni bersama dalam lingkaran kebaikan. Jadi hakikat memala'bi'kan (memuliakan) sesama manusia berarti masuk dalam lingkaran Mala'bi', atau Sipa-Mala'bi' (saling memuliakan).

Mengukur tingkat sosial harus sama, dan tidak mesti diperdebatkan. Sebab laku keliru bisa saja juga bagian dari Mala'bi', tetapi kadar Amala'biannya (kemuliaan) tentu beda dengan kategori lurus. Biarlah pelakunya memandangi dirinya, sudah sejauh mana tingkat Amala'bian yang sudah ditanamkan. Saya kira semuanya dapat memahami, dan lebih saya kira bahwa tulisan ini salah dan benarnya itu juga tergantung pada kondisi, jenis, atau konteksnya.

Harapan pencetus Mala'bi' tujuan fokusnya berada pada pandangan halus, bagaimana kemudian Sulawesi Barat terbentuk dari gerakan lurus, murni dan alami, menaruh perhatian penuh pada tatanan kehidupan atau pesan cinta pada sesama. Jadi kalimat ini mungkinkah hanya dipandang sebagai susunan kata tak tersusun? atau haruskah Loa Mala'bi' (ucapan mulia) berjalan dan berakhir pada perdebatan diambang batas waktu?, terlena dengan euforia meluruskan Mala'bi' dalam takaran kebaikan?, dan memakasakan Mandar dan Sulawesi Barat bermala'bi' atau berbaik-baik?. Sebelum menjawab lanjut dulu.

Terbentuknya provinsi Sulawesi Barat disebabkan oleh banyaknya orang-orang yang Mala'bi' atau yang tadinya tidak Mala'bi menjadi Mala'bi. Maksudnya, jika ditimbang, manakah yang paling banyak orang Mala'bi' sebelum Sulawesi Barat terbentuk dibanding sesudahnya?  Kemungkinan tidak ada komentar untuk ini, sebab bisa saja kita loaloa, atau sawuloa saja.

Jadi, mari menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan pernyataan dengan memperhatikan kekeliruan Loaloa dan Sawuloa, sebab dari awal saya sepakat jangan sampai tulisan ini juga sedang dalam proses loaloa atau sawuloa, yang membahas loa Mala'bi' justru terasing dari Mala'bi'. Tetapi perlu dipahami, jelas tulisan ini tidak sedang membahas Loa Mala'bi' dalam LOALIO.


Penulis: Sahabuddin Mahganna

Editor: Rustan


This is the most recent post.
Posting Lama

1 komentar:

  1. How to Make Money from Betting on Sports Betting - Work
    (don't jancasino.com worry if you get https://octcasino.com/ it wrong, though) The www.jtmhub.com process involves placing bets on poormansguidetocasinogambling different events, หาเงินออนไลน์ but it can also be done by using the

    BalasHapus